Pembuatan Nugget Ayam dengan Teknik Pencicangan

JUDUL
Pembuatan Nugget Ayam dengan teknik pencincangan

TUJUAN
·         Mengetahui proses pembuatan chicken nugget dengan menggunakan teknik pencincangan
·         Mengetahui titik kritis yang terdapat pada pembuatan chicken nugget
·         Memahami hasil akhir dari chicken nugget dengan teknik pencincangan
·         Mengetahui kriteria hasil akhir yang baik pada chicken nugget

TINJAUAN PUSTAKA
Nugget adalah suatu bentuk produk olahan daging yang terbuat dari daging giling yang dicetak dalam bentuk potongan empat persegi dan dilapisi dengan tepung berbumbu (battered dan braded). Produk nugget dapat dibuat dari daging sapi, ayam, ikan dan lain-lain, tetapi yang populer di masyarakat adalah nugget ayam. Bahan baku daging untuk nugget, dapat menggunakan bagian daging dari karkas, umumnya hanya menggunakan daging dari bagian dada. Daging dari bagian ini banyak disukai konsumen karena kandungan lemaknya rendah, serabut dagingnya seragam dan warnanya yang terang. Nugget dibuat dari daging giling yang diberi bumbu,  dicampur bahan pengikat, kemudian dicetak membentuk tertentu, dikukus, dipotong dan  dilumuri perekat tepung (batter) dan  diselimuti  tepung roti (breading). Nugget  digoreng setengah matang dan dibekukan untuk mempertahankan mutunya selama penyimpanan (Anonimous, 2009) dan dapat dikonsumsi setelah proses penggorengan rendam (deep fat frying). Chicken nugget berasal dari kata chicken yang berarti ayam, dan nugget yang berarti gumpalan atau bungkahan, sehingga arti secara makna adalah produk daging ayam yang berbentuk bungkahan. (Bintoro, 2008).

Nugget termasuk produk  makanan beku siap saji, yang hanya memerlukan waktu penggorengan selama 1 menit pada suhu 150º C. Produk siap saji yaitu produk  yang telah  mengalami pemanasan sampai setengah matang (precooked), dikemas, kemudian dibekukan. Sehingga didistribusikan dalam kondisi beku. Karena distribusi dan penjualan dalam kondisi beku, maka kerusakan produk karena pertumbuhan mikroba biasanya tidak terjadi. Kerusakan karena  pertumbuhan  mikroba  tidak menjadi faktor pembatas umur simpan  produk  dan  produk  tidak  memerlukan  pengawet yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan mikroba (antimikroba) sehingga produk bisa diklaim bebas pengawet (antimikroba).
Kerusakan yang mungkin terjadi pada produk nugget yang disimpan di suhu beku (freezer) selama lebih dari 6 bulan adalah resiko dehidrasi produk dan terjadinya ketengikan  produk karena  reaksioksidasi lemak.  Dehidrasi  produk  bisa  dicegah  dengan  menggunakan  kemasan yang memiliki integritas yang baik pada suhu beku dengan sifat barrier yang baik terhadap uap air. Ketengikan bisa direduksi dengan menggunakan minyak goreng bermutu baik  yang mengandung antioksidan (misalnya vitamin E) dan menggunakan kemasan dengan atmosfir yang dimodifikasi.
Umumnya nugget dimasak dalam dua tahap, yaitu penggorengan dan pengovenan. Penggorengan dilakukan dengan merendam produk pada minyak goreng panas selama beberapa saat. Hasilnya berupa nugget yang belum mengalami pematangan penuh. Oleh karena itu, nugget harus dilewatkan ke dalam oven melalui konveyor berjalan. Pada tahap ini, nugget diberi uap jenuh panas sehingga mengalami pematangan penuh. Selain untuk mematangkan produk, proses ini juga berguna untuk membantu memperbaiki tekstur pada produk akhir
Komposisi gizi yang terkandung pada nugget ayam yang ada di pasaran sangat bervariasi antara satu merek dengan merek lainnya. Hal tersebut sangat tergantung pada jenis dan komposisi (ingredient) bahan yang digunakan. Komponen protein berasal dari daging ayam, lemak dari daging dan minyak yang terserap pada saat penggorengan, sedangkan karbohidrat dari tepung roti yang digunakan sebagai pelapis. Nugget ayam merupakan makanan kaya protein. Kadar proteinnya mencapai 43 g/140 gram bahan, yaitu memenuhi 86 persen dari kebutuhan protein tubuh sehari-hari. Protein nugget ayam tersusun dari sejumlah asam amino esensial dan nonesensial.  Nugget ayam sangat kaya akan asam amino lisin, yaitu suatu asam amino esensial yang kadarnya sangat rendah pada bahan pangan pokok, seperti beras, jagung, ubi, sagu, dan lain-lain.

METODOLOGI PRAKTIKUM
1.       Alat dan Bahan
a.       Alat :


1.       Gelas ukur
2.       Baskom
3.       Spatula
4.       Sendok
5.       Landasan
6.       Pisau
7.       Mangkuk kecil
8.       Wadaah kecil
9.       Loyang alumunium
10.   Cobek & muntu
11.   Wajan
12.   Kompor & gas
13.   Plastik
14.   Dandang
15.   Tampih
16.   Kertas buram
17.   Penjepit
18.   Serokan minyak



b.      Bahan :


1.       Daging fillet ayam 500 gram
2.       Roti tawar 8 lembar
3.       Susu cair 250 ml
4.       Bawang putih 3 siung
5.       Kuning telur 2 butir
6.       Putih telur 2 butir
7.       Tepung pangko
8.       Margarin secukupnya
9.       Garam 1 st
10.   Merica 1 st
11.   Bawang bombay 75 gram
12.   Minyak 1 L



2.       Prosedur praktikum
1)      Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu
2)      Bahan-bahan yang telah disiapkan ditimbang sesuai dengan formula yang telah diberikan
3)      Bumbu bumbu dihaluskan dengan cobek dan muntu (merica, bawang putih, dan garam)
4)      Bawang bombay dikupas kulitnya kemudian dicincang halus dan ditumis dengan margarin dalam wajan
5)      Kulit roti tawar dipisahkan dari rotinya, kemudian dilumatkan dengan susu cair sedikit demi sedikit
6)      Daging ayam yang telah difillet kemudian di cincang hingga halus dan lembut.
7)      Semua bahan dicampurkan (roti yang telah dilumatkan, daging cincang, tumisan bawang bombay, dan bumbu halus) ke dalam baskom, lalu semua dicampurkan dengan menggunakan tangan hingga terbentuk adonan yang homogen.
8)      Dandang disiapkan untuk mengukus donan nugget yang telah homogen
9)      Loyang alumunium disiapkan, kemudian dilapisi dengan plastik bening
10)   Adonan yang telah homogen dimasukan ke dalam loyang yang telah dilapisi plastik bening sebelumnya, ratakan adonan dengan cara digoyang-goyangkan, dan dibanting-bantik pada permukaan bawah loyang.
11)   Setelah siap, kemudian dikukus selama +- 30 menit pada dandang yang airnya telah mendidih
12)   Nugget yang telah selesai dikukus, kemudian ditirisan +- 1 jam agar nugget mengering
13)   Nugget yang telah kering, dipotong-potong menyerupai stik
14)   Setelah berbentuk stik kecil, nugget dilumuri putih telur untuk merekatkannya pada tepung pangko.
15)   Kemudian nugget digoreng, pada minya yang telah panas. Nugget digoreng menggunakan api yg sedang.
16)   Setelah digoreng, lalu tiriskan dan ditunggu hingga suhunya menurun kemudian dikemas

HASIL DAN PEMBAHASAN
1.       Hasil pengamatan
no
Tahapan
PENGAMATAN
warna
aroma
tekstur
kenampakan
rasa
1.     
Setelah dikukus
Putih kecoklatan
Aroma susunya menyengat
Kenyal, permukaannya kering
Kering, porin-porinya banyak, kurang lembut, cincangan bawang bombaynya terlihat
Rasa susunya terasa sekali, asinnya pas, kurang lembut saat dimakan (potongannya masih kasar)

2.       Pembahasan
Pada praktikum pembuatan nugget ayam ini diberikan dua perlakuan pemotongan daging ayam yang berbeda yaitu dengan cara digiling dengan food processor dan dengan dicincang. Keduanya memiliki hasil akhir yang sama pada kenampakan luarnya, namun pada saat dibelah dan terlihat bagian dalamnya tampak sekali terlihat perbedaan pada kedua nugget dengan perlakuan yang berbeda ini. Nugget dengan perlakuan daging yang dicincang, masih terlihat sekali potongan daging ayamnya sehingga pada nugget ini rasa daging ayamnya lebih terasa dibandingkan nugget dengan nugget yang pemotongan dagingnya dengan cara digiling. Namun pada nugget yang dicincang memiliki lubang (pori-pori) yang lebih banyak dibandingkan nugget yang digiling. Hal ini dapat disebabkan karena belum tercampurnya seluruh bahan secara merata karena potongan daging ayamnya yang kurang halus, sehingga saat pencetakan masih terdapat rongga-rongga yang kosong karena struktur adonannya yang tidak seragam dari potongan dagingnya. Banyaknya rongga ini menyebabkan kepadatan nugget menjadi berkurang.
Hal-hal diatas merupakan perbedaan dari kedua nugget yang diberikan perlakuan pada pengecilan ukuran yang berbeda. Sedangkan untuk kelompok yang dipraktikan yaitu  nugget dengan pengecilan ukuran dengan teknik pencincangan. Nugget ini memiliki warna Kuning keemasan setelah digoreng, Aroma khas nuggetnya terasa dan terdapat sedikit aroma minyak , tekstur luarnya renyah, namun dalamnya kurang padat dan kurang lembut, kenampakan Potongan nugget tidak seragam, dan rasanya yang sedikit asam.
Pengamatan pertama yaitu pada warnanya. Nugget ayam setelah digoreng berwarna agak kecoklatan. Hal ini disebakan karena dilakukannya proses penggorengan (frying) yang bertujuan membantu pelekatan pelapis yaitu adonan dengan tepung roti. Hal ini sesuai dengan pendapat Joko (2008), bahwa frying dilakukan dengan tujuan membantu pelekatan pelapis (batter dan breader). Pada proses ini, terjadi reaksi pencoklatan sehingga bagian luar nugget yang dihasilkan akan berwarna agak kecoklatan. Gelap terangnya warna coklat yang dihasilkan bergantung pada besar kecilnya api ynag digunakan. Warna coklat yang optimal didapat dari api yang sedang. Api yang terlalu besar menyebabkan warna nugget menjadi lebih gelap bahkan dapat pula terjadi cash hardening. Namun jika api terlalu kecil akan mengakibatkan nugget menjadi lebih berminyak, karena terlalu lama terendam dalam minyak sehingga minya berpenetrasi kedalam nugget.
Pengamatan yang kedua yaitu aroma. Aroma yang dihasilkan khas nugget ayam, dan bau susunya terasa. Pembuatan nugget ayam ini menggunakan bahan pengencer yaitu susu cair. Susu cair ini jika ditambahkan pada olahan daging akan akan memberikan aroma yang khas dan menambahkan flavor dari nugget, selain itu susu cair juga berfungsi sebagai pelumat roti tawar yang digunakan dalam pencampuran adonan nugget. Sedangkan aroma minyak yang timbul dihasilkan saat tahap penggorengan, sehingga tercium sedikit aroma minyak pada nugget.
Pengamatan ketiga yaitu tekstur nugget. Pada nugget didapatkan hasil tekstur yang renyah pada bagian luarnya. Hal ini dihasilkan pada tahap pelapisan (coating) yang dilakukan sebelum proses penggorengan dilakukan. Dimana bahan yang digunakan untuk pelapisan adalah putih telur dan tepung roti yang berfungsi untuk memberikan tekstur yang agak kasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Joko (2008), bahwa adonan akan dilapisi dengan putih telur dan tepung roti. Tujuannya dilakukannya pelapisan adalah untuk menghasilkan nugget dengan kenampakan yang menarik, bertekstur agak kasar dan crispy.
Pengamatan yang keempat yaitu kenampakan. kenampakan pada nugget ini potongannya tidak seragam, karena belum konsistennya mahasiswa dalam memotong adonan nugget, dan belum ditemukkannya ukuran yang pas dan sesuai.

Pengamatan yang terakhir yaitu rasa. Didapatkan rasa yang gurih dari nugget yang dibuat, Hal ini disebabkan karena adanya penambahan tepung roti yang memberikan rasa renyah pada nugget, sehingga jika dimakan terasa enak. Hal ini sesuai dengan pendapat Joko (2008), bahwa breading merupakan proses pelapisan dengan menggunakan tepung dari remah roti atau bahkan cracker, yang juga berfungsi memberi tekstur pelapis yang sedikit kasar pada permukaan produk. Pelapisan ini akan memberikan rasa renyah sehingga terasa enak. Sedangkan rasa asam yang sedikit terasa pada nugget disebabkan dari bahan pengisinya yaitu roti yang agak sedikit asam, sehingga mempengaruhi rasa akhir pada nugget.

Comments
0 Comments

0 komentar: