Proposal PKM Bakpau Labu Kuning

Labu kuning merupakan salah satu jenis labu yang cukup populer di Indonesia meski buah ini berasal dari Mexico Tengah dan menyebar ke Benua Amerika. Di Indonesia labu kuning memiliki nama yang cukup dikenal yaitu waluh, sedangkan secara ilmiah Labu kuning disebut Cucurbita Moschata (Widawati, 2000:3). Sebagai bahan pangan, labu kuning biasanya hanya diolah sebagai panganan kolak, dodol atau direbus saja, padahal sesungguhnya labu kuning juga bisa di olah menjadi panganan penambah gizi keluarga. Di dunia boga, selain di kenal sebagai bahan pangan labu kuning juga bisa di manfaatkan sebagai pelengkap dekorasi, baik untuk penunjang tatanan sesuatu dekorasi buah atau bunga maupun digunakan sebagai wadah penghidang sajian, misalnya Sup, Es Buah dan sebagainya (Widawati, 2000:2).



Labu kuning memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap seperti karbohidrat, protein, vitamin A, B1 dan C. Karena kandungan gizinya yang lengkap ini, labu kuning dapat menjadi sumber gizi yang sangat potensial dan harganya pun terjangkau oleh masyarakat yang membutuhkannya (Yodosudarto,1993). Waluh mengandung karotenoid tinggi. Betakaroten dalam waluh berperan untuk melindungi diri dari serangan kanker, jantung, diabetes melitus, aneka kanker, proses penuaan dini, dan gangguan respon imun. Betakaroten merupakan salah satu senyawa karotenoid yang mempunyai aktivitas vitamin A sangat tinggi, sehingga berfungsi melindungi mata dari serangan katarak. Betakaroten digunakan menjadi enzim retinol (dalam pencernaan), sebagai vitamin A dan mempunyai sifat antioksidan, sehingga dapat menjaga integritas sel tubuh (Astawan, 2008).

Berdasarkan tinjauan terhadap sifat-sifat unggul yang dimiliki labu kuning serta kemungkinan peningkatan pemanfaatannya, maka diversifikasi produk perlu dilakukan secara optimal agar dapat meningkatkan manfaatnya terhadap kesehatan tubuh, terutama asupan vitamin A. Upaya diversifikasi produk berbahan baku labu kuning yang telah dilakukan di beberapa negara termasuk Indonesia menunjukkan bahwa labu kuning yang telah diolah menjadi produk yang relatif lebih awet. Salah satu cara yang dapat dikembangkan, yaitu dengan pembuatan tepung labu kuning. Namun tidak banyak masyarakat yang menggunakan waluh sebagai bahan baku pembuatan tepung, karena pada tepung labu kuning ini memiliki rendemen yang rendah. Oleh karena itu dibuatlah pengolahan bakpau labu kuning sebagai tindakan diversifikasi produk berbahan baku labu kuning, sekaligus untuk mengurangi resiko KVA (Kekurangan Vitaman A) dan menambah daftar menu diet  masyarakat pada masyarakat. Penggunaan waluh sebagai bahan baku pembuatan bakpau ini membuat tekstur bakpau menjadi lebih lembut, tetapi lebih padat dibandingkan dengan bakpau pada umumnya. Warna yang dihasilkan tidak putih, tetapi kuning kecoklatan seperti buah waluh.

Download full proposal PKM klik disini

Comments
0 Comments

0 komentar: