JUDUL
TUJUAN
1.
Mengidentifikasi
Standar Nasional Indonesia untuk produk makanan dan minuman
2.
Membuat diagram
alir proses pembuatan produk olahan hasil pertanian
3.
Membuat prosedur
pengawasan mutu proses yaitu pengawasan mutu dan proses pengolahan pada setiap
tahap pengolahan
4.
Membuat standar
persyaratan produk
5.
Membuat prosedur
pengujian produk selama proses
METODOLOGI PENGAMATAN
1.
Alat dan Bahan
·
alat tulis
·
SNI yang terkait
(roti)
2.
Prosedur Pengamatan
A.
Menganalisis
standar nasional Indonesia untuk produk makanan/minuman
1)
Salah satu jenis
SNI olahan diambil untuk diamati
2)
Pelajari bagian
dari SNI tersebut
3)
Jenis SNI ditentukan
apakah termasuk jenis SNI wajib atau SNI sukarekla dan dijelaskan
konsekuensinya
4)
Persyaratan mutu
produk diuraikan dari tabel yang terdapat dalam langkah kerja
5)
Cara uji yang
diperlukan untuk menganalisa syarat mutu dilengkapi
6)
Pengujian untuk
produk yang tidak memenuhi syarat dijelaskan
7)
Dijelaskan proses
pengolahan agar memenuhi kualitas pada point 6
B.
Pembuatan standar
pengawasan mutu proses dan produk
1)
Diagram alir proses
pembuatan produk roti dibuat
2)
Diuraikannya
tahapan pengolahan dari diagram alir yang telah dibuat
3)
Dideskripsikannya
pengawasan mutu selama kegiatan pengolahan (on farm)
4)
Dibuatnya
persyaratan (standar) mutu produk
5)
Dibuatnya prosedur
pengujian
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Analisis Standar Internasional Indonesia untuk produk
makanan
1.
Jenis SNI olahan
pada produk olahan ROTI
2.
Bagian dari SNI
a.
Halaman judul :
Kode SNI =
01-3840-1995
Nama produk = Roti
Lembaga yang
mengeluarkan standar = Badan Standarisasi Nasional (BSN)
b.
Pendahuluan
1)
Tujuan penyusunan standar
Untuk memfasilitasi
perdagangan, pertukaran, dan ahli teknologi melalui:
·
Peningkatan mutu
dan kesesuaian produksi pada tingkat harga yang layak.
·
Peningkatan
kesehatan, keamanan dan perlindungan lingkungan, dan pengurangan limbah.
·
Kesesuaian dan
keandalan inter-operasi yang lebih baik dari berbagai komponen untuk
menghasilkan barang maupun jasa yagn lebih baik.
·
Penyederhanaan
perancangan produk untuk peningkatan keandalan kegunaan barang dan jasa.
·
Penigkatan
efisiensi distribusi produk dan kemudahan pemeliharaanya pengguna (konsumen)
lebih percaya pada barang dan jasa yang telah mendapatkan jaminan sesuai dengan
standar internasional. Jaminan terhadap kesusaian tersebut dapat diperoleh baik
dari pernyataan penghasil barang maupun melalui pemeriksaan lembaga independen.
2)
Panitia Penyusunan
Standar
Badan Standarisasi
Nasional – BSN
3)
Standar yang diacu
§ SNI 19-0428-1989, Petunjuk
pengambilan contoh padatan
·
SNI 01-2891-1992, Cara uji makanan dan minuman
·
SNI 01-2893-1992, Cara uji pemanis buatan
·
SNI 01-2894-1992, Cara uji bahan tambahan makanan bahan
pengawet
·
SNI 01-2895-1992, Cara uji pewarna tambahan makanan
·
SNI 19-2896-1992, Cara uji cemaran logam
·
SNI 19-2897-1992, Cara uji cemaran mikroba
c.
Daftar Isi
1.
Ruang lingkup...................................................................................... 1
2.
Acuan................................................................................................... 1
3.
Definisi................................................................................................. 1
4.
Klasifikasi............................................................................................. 1
5.
Syarat mutu......................................................................................... 2
6.
Cara pengambilan
contoh................................................................... 3
7.
Cara uji................................................................................................. 3
8.
Cara penandaan.................................................................................. 5
9.
Syarat pengemasan............................................................................ 5
d.
Definisi
roti adalah produk
yang diperoleh dari adonan tepung tergu yang diragikan dengan ragi roti dan
dipanggang, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan
makanan yang diizinkan.
e.
Syarat mutu
No
|
Kriteria Uji
|
Satuan
|
Persyaratan
|
|
Roti tawar
|
Roti manis
|
|||
1.
|
Keadaan
|
|||
1.1.
Kenampakan
|
-
|
Normal tidak berjamur
|
Normal tidak berjamur
|
|
1.2.
Bau
|
-
|
Normal
|
Normal
|
|
1.3.
Rasa
|
-
|
Normal
|
Normal
|
|
2.
|
Air
|
% b/b
|
Maks. 40
|
Maks. 40
|
3.
|
Abu (tidak termasuk garam) dihitung atas dasar bahan
kering
|
% b/b
|
Maks. 1
|
Maks. 3
|
4.
|
Abu yang tidak larut dalam asam
|
% b/b
|
Maks. 3
|
Maks. 3
|
5.
|
NaCl
|
% b/b
|
Maks. 2,5
|
Maks. 2,5
|
6.
|
Gula Jumlah
|
% b/b
|
-
|
Maks. 8
|
777.
|
Lemak
|
% b/b
|
-
|
Maks. 3
|
8.
|
Serangga / Belatung
|
-
|
Tidak boleh ada
|
Tidak boleh ada
|
9.
|
Bahan tambahan makanan
|
|||
9.1. Pengawet
|
Sesuai dengan SNI 01-0222-1995
|
|||
9.2. Pewarna
|
||||
9.3. Pemanis Buatan
|
||||
9.4. sakarin siklamat
|
negatif
|
Negatif
|
||
10.
|
Cemaran logam
|
|||
10.1. Raksa (Hg)
|
mg/kg
|
Maks. 0,05
|
Maks. 0,05
|
|
10.2. Timbal (Pb)
|
mg/kg
|
Maks. 0,01
|
Maks. 0,01
|
|
10.3. Tembaga (Cu)
|
mg/kg
|
Maks. 10
|
Maks. 10
|
|
10.4. Seng (Zn)
|
mg/kg
|
Maks. 40
|
Maks. 40
|
|
11.
|
Cemaran Arsen (As)
|
mg/kg
|
Maks. 0,5
|
Maks. 0,5
|
12.
|
Cemaran mikroba
|
|||
12.1. Angka lempeng total
|
Koloni/g
|
Maks. 106
|
Maks. 106
|
|
12.2. E. Coli
|
APM/gr
|
< 3
|
< 3
|
|
12.3. Kapang
|
Koloni/g
|
Maks. 104
|
Maks. 104
|
f.
Cara pengambilan contoh
Sampel diuji secara
acak sehingga akan mendapatkan hasil yang mewakili dari setiap perlakuan.
g.
Cara uji
1.
Keadaan
Periksa isi contoh secara
organoleptik terhadap warna, bau, rasa dan tekstur
2.
Air (Metode
destilasi)
-
Timbang dengan
seksama 5 g – 10 g cuplikan, masukan ke dalam labu didih dan tambahkan 300 ml
xylol serta batu didih
-
Sambungkan dengan
alat aufhauser dan panaskan di atas penangas listrik selama satu jam dihitung
sejak mulai mendidih. Setelah cukup satu jam matikan penangas listrik dan
biarkan alat aufhauser mendingin
-
Bilas alat
pendingin dengan xylol murni/toluene
-
Baca jumlah volume
air
Perhitungan :
Kadar air =
x 100 %
Dimana :
a : bobot cuplikan
(g)
b : volume air yang
dibaca pada alat aufhauser (ml)
3.
Abu
-
Timbang dengan
seksama 2 g – 3 g contoh ke dalam sebuah cawan porselen (atau platina) yang
telah duketahui bobotnya, untuk contoh cairan uapkan di atas penangas air sampai
kering.
-
Arangkan di atas
nyala pembakar, lalu abukan dalam tanur listrik pada suhu maksimum 550oC
sampai pengabuan sempurna (sesekali pintu tanur dibuka sedikit, agar oksigen
bisa masuk)
-
Dinginkan dalam
eksikator, lalu timbang sampai bobot tetap
Perhitungan :
Kadar abu =
x 100 %
Dimana :
W : bobot contoh
sebelum diabukan (g)
W1 :
bobot contoh + cawan sesudah diabukan (g)
W2 :
bobot cawan kosong (g)
4.
Abu yang tak larut
dalam asam
-
Larutkan abu bekas
penetapan kadar abu dengan penambahan 25 ml HCl 10%. Didihkan selama 5 menit
-
Selanjutnya saring
larutan dengan kertas saring tak berabu dan cuci dengan air suling sampai bebas
klorida
-
Keringkan kertas
saring dalam oven, masukkan ke dalam cawan porselen (platina) yang telah
diketahui bobotnya dan kemudian abukan
-
Dinginkan cawan di
dalam eksikator hingga suhu kamar, lalu timbang. Penimbangan diulang hingga
bobot tetap.
Perhitungan :
Kadar abu tak larut
dalam asam =
x 100%
Dimana :
W : cawan + abu (g)
W1 :
bobot cawan kosong (g)
W2 :
bobot cuplikan (g)
5.
Garam NaCl
-
Timbang seksama 3g
– 5g cuplikan ke dalam erlenmeyer,
-
Tambahkan seksama
lebih kurang 100 air suling untuk contoh yang bersifat asam masukkan dahulu MgO
-
Untuk contoh yang
bersifat basa, asamkan dahulu dengan HNO3 lalu masukkan dengan MgO
-
Tambahkan 1 ml
larutan K2CrO4 5% dan titar dengan larutan AgNO3
0,1 N sampai terbentuk endapan merah coklat atau merah bata. Perhitungan :
Mochr NaCl =
x 100%
Dimana :
W1 : bobot
bagian cuplikan (mg)
V : volume AgNO3
0,1 N yang diperlukan pada penitaran (ml)
N : normalitas AgNO3
6.
Gula (metode Luff
Schrool)
-
Ditimbang seksama 2
gram sempel dan maasukkan kedalam labu ukur 50 ml ditambahkan air dan dikocok
-
Ditambahkan 5 ml Pb
asetat setengah basa dan goyangkan
-
Teteskan 1 tetes
larutan (NH4)2HPO4 10 % untuk menguji apakah Pb asetat
setengah basa sudah diendapkann seluruhnya, teteskan 1-2 tetes (NH4)2HPO4 10%. Apabila
tidak timbul endapan berrti penambahan
(NH4)2HPO4 10 % sudah cukup
-
Digoyangkan dan
dotepatkan isi labu ukur sampai tanda garis dengan air suling, dikocok 12 kali
dibiarkan dan disaring
-
Dipipet 10 ml
larutan hasil penyaringan dan dimasukan kedalam erlenmeyer 500 ml.
-
Ditammbahkan 15 ml
air suling dan 25 ml larutan luff (dengan pipet) serta beberapa butir batu
didih.
-
Dipanskan
terus-menerus 10 menit (pakai stopwatch) kemudian diangkat dan segera
didinginkan dalam bak berisi es (jangan Goyang)
-
Setelah dingin
ditambahkan 10 ml larutan KI 20% dan 25% larutan H2SO4
25%
-
Dititas dengan
larutan tio 0,1 N dengan larutan kanji
0,5% sebagai indikator, misalkan dibutuhakn V1 ml tio 0,1 N
-
Dikerjakan
panetapan blanko dengan 25 ml air dan 25 ml larutan luff, misalkan dibutuhkann
V2 ml tio 0,1 N
Perhitungan:
% gula sebelum
inverse =
x 100 %
Keterangan:
W1 : glukosa, mg
Fp : faktor pengenceran
W : bobot contoh (mg)
7.
Lemak [Metoda
hidrolisis (Weibull)]
-
Timbang seksama 1 g
– 2 g cuplikan ke dalam gelas piala,
-
Tambah 30 ml HCl
25% dan 20 ml air serta beberapa butir batu didih,
-
Tututp gelas piala
dengan kaca arloji dan didihkan selama 15 menit,
-
Saring dalam
keadaan panas dan cuci dengan air panas sehingga tidak bereaksi asam lagi,
-
Keringkan kertas
saring berikut isinya pada suhu 100oC – 105oC,
-
Masukkan ke dalam
kertas saring pembungkus (paper thimble) dan ekstrak dengan heksana atau
pelarut lemak lainnya 2 jam – 3 jam pada suhu lebih kurang 80oC,
-
Sulingkan larutan
heksana atau pelarut lemak lainnya dan keringkan ekstrak lemak pada suhu 100oC
– 105oC,
-
Dinginkan dan
timbang,
-
Ulangi proses
pengeringan ini hingga tercapai bobot tetap,
Perhitungan :
Kadar lemak =
x 100%
Dimana :
W : bobot cuplikan
(g)
W1 :
bobot labu lemak sesudah ekstraksi (g)
W2 :
bobot labu lemak sebelum ekstraksi (g)
8.
Serangga / belatung
Prinsip : pengamatan
dengan menggunakan kaca pembesar secara visual.
Cara kerja : roti
diiris-iris lebar secara vertikal setebal 1 cm, kemudian tiap permukaan irisan
tersebut dilihat denggan memakai kaca pembesar, apabila ada serangga atau larva
maka akan terlihat gerakan-gerakannya.
h.
Syarat penandaan
Sesuai dengan
undang-undang RI No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan serta peraturan tentang
label dan periklanan yang berlaku.
i.
Syarat pengemasan
Produk dikemas
dalam wadah yang tertutup rapat, tidak dipengaruhi mempengaruhi isi, serta aman
selama penyimpanan dan pengangkutan.
3.
Roti merupakan SNI
sukarela. Maksud dari SNI sukarela tersebut adalah ketetapan mutu produk dalam
negeri (Indonesia) yang dapat diterbitkan dari BSN (Badan Standarisasi
Nasional) dengan mengajukan permohonan sendiri melalui BPOM. Dengan kata lain,
produk tersebut belum wajib melakukan standar SNI. Konsekuensinya jika
menggunakan SNI sukarela ialah timbulnya produk roti yang tidak layak untuk
dikonsumsi oleh manusia karena belum adanya kewajiban untuk mendapatkan tanda
SNI sehingga produsen dengan mudahnya memproduksi produk sejenis roti dengan
bahan maupun proses yang tidak seharusnya digunakan. Hal tersebut menyebabkan
ikut tercemarnya nama produk (roti) di mata konsumen, sehingga mereka relatif
untuk tidak mengkonsumsinya.
4.
Uraian persyaratan mutu pada roti
5.
Uji yang diperlukan
untuk menganalisa syarat mutu
a.
Keadaan (uji organoleptik)
Uji ini menggunakan penginderaan yang dimiliki manusia
seperti perasa, peraba, prnglihatan, maupun penciuman.
b.
Air (Cara pemanasan)
-
Timbang contoh yang
telah berupa serbuk atau bahan yang telah dihaluskn sebanyak 1-2 g dalam botol
timbang yang telah diketahui beratnya. Kemudian keringkan dalam oven pada suhu
100-1050 C selama 3-5 jam tergantung bahannya. Kemudian dinginkan
dalam eksikator dan ditimbang. Panaskan lagi dalam oven 30 menit, dinginkan
dalam eksikator dan timbang, perlakuan ini diulangi sampai tercapai berat
konsan (selisih penimbangan berturut-turut kurang dari 0,2 mg).
-
Pengurangan berat
merupakan banyaknya air dalam bahan.
c.
Abu
-
Timbang dengan
seksama 2 g – 3 g contoh ke dalam sebuah cawan porselen (atau platina) yang
telah duketahui bobotnya, untuk contoh cairan uapkan di atas penangas air
sampai kering.
-
Arangkan di atas
nyala pembakar, lalu abukan dalam tanur listrik pada suhu maksimum 550oC
sampai pengabuan sempurna (sesekali pintu tanur dibuka sedikit, agar oksigen
bisa masuk)
-
Dinginkan dalam
eksikator, lalu timbang sampai bobot tetap
d.
Abu yang tidak larut dalam asam : -
e.
NaCl : -
f.
Gula (Enzimatis dan Spektofotometri)
Penyiapan kurva
standar
-
Siapkan larutan
glukosa standar (1 mg glukosa anhidrat /mL).
-
Encerkan larutan
standar tersebut dalam labu ukur 50 mL, sehingga diperoleh laruta standar
dengan diperoleh kadar glukosa; 2,4,6, dan 8 mg/100 mL.
-
Siapkan 5 tabung
reaksi yang bersih, masing-masing diisi dengan 2 mL larutan standar tersebut
diatas. Satu tabung diisi 2 mL air suling sebagai blanko.
-
Masukkan
tabung-tabung tersebut dalam penangas air yang suhunya dijaga konstan pada 300
C. Selama 5 menit agar suhu larutan dalam tabung mencapai 300 C, dan biarkan tabung-tabung tetap
dalam penangas air tersebut.
-
Kemudian kedalam
tabung ditambahkan 1 mL larutan “glukosa test”, catatlah waktu saat penambahan
larutan tersebut. Untuk ketepatan waktu dianjurkan selang waktu antara
penambahan larutan “glukosa test” pada suatu tabung dengan tabungberikutnya
dibuat ajeg waktunya misalnya 30 detik. Jadi mula-mula tabung pertama, 30 detik
kemudian tabung kedua dan seterusnya.
-
Tabung-tabung tetap
berada pada penangas air selama 30 menit (inkubasi).
-
Setelah 30 menit
(tepat) sejak saat penambahan larutan “glukosa test”, reaksi dihentikan dengan
menambahkan 10 mL larutan H2SO4 (1+3). Selang waktu
penambahan larutan asam sulfat pada tabung dengan tabung berikutnya juga dibuat
ajeg seperti pada penambahan larutan “glukosa test” diatas, sehingga lamanya
inkubasi pada setiap tabung adalah sama yaitu 30 menit.
-
Gojog sampai
homogen dan dinginkan sampai mencapai suhu ruangan.
-
Teralah “optical
density” (OD) larutan-larutan tersebut menggunakan tabung kurvet 1 cm pada
panjang gelombang 540 nm.
-
Buatlah kurva
standar yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi glukosa dan OD.
Penentuan glukosa pada larutan contoh
-
Siapkan larutan
contoh yang mempunyai kadar glukosa sekitar 2,5-7,5 mg/100 mL. Perlu
diperhatikan bahwa larutan contoh ini harus jernih, karen itu bila dijumpai
larutan contoh yang keruh atau berwarna maka perlu dilakukan penjernihan
terlebih dahulu dengan menggunakan Pb-asetat atau bubur Alumunium hidroksida.
-
Pipetlah 2 mL
larutan contoh yang jernih tersebut ke dalam tabung reaksi yang bersih.
-
Masukkan tabung
tersebut ke dalam penangas air yang suhunya dijaga konstant pada 300C
selama 5 menit dan selanjutnya diperlakukan sama seperti pada penyiapan kurva
standar diatas.
-
Jumlah glukosa
dapat ditentukan berdasarkan OD larutan
contoh dan kurva standar larutan glukkosa.
g.
Lemak (Uji Soxhlet)
-
Timbang dengan
teliti 2 g bahan yang telah dihaluskan (sebaiknya yang kering dn lewat 40
mesh).
-
Campur dengan pasir
yagn telah dipijarkan sebanyak 8 g dan masukkan kedalam tabung ekstraksi
soxhlet dalam thimble.
-
Alirkan air
pendingin melalui kondensor.
-
Pasang tabung
ekstraksi pada alat destilasi soxhlet
dengan pelarut petroleum ether secukupnya selama 4 jam. Setelah residu dalam
tabung eksraksi diaduk, ekstraksi dilanjutkan lagi selama 2 jam dengan pelrut
yang sama.
-
Petroleum ether
yang telah mengandung ekstrak lemak dan minyak dipindahkan ke dalam botol
timbang yang bersih dan diketahui beratnya kemudian uapkan dengan penangas air
sampai agak pekat. Teruskan pengerngan dalam oven 1000 C sampai
berat konstan.
-
Berat residu dalam
botol timbang dinyatakan sebagai berat lemak dan minyak.
h.
Serangga/belatung (Uji organoleptik dan menggunakan alat
bantu)
Prinsip :
pengamatan dengan menggunakan kaca pembesar secara visual.
Cara kerja : roti
diiris-iris lebar secara vertikal setebal 1 cm, kemudian tiap permukaan irisan
tersebut dilihat denggan memakai kaca pembesar, apabila ada serangga atau larva
maka akan terlihat gerakan-gerakannya.
i.
Bahan tambahan pangan
1.
Pengawet (Uji Boraks
dan Formalin)
·
Uji Formalin
Hancurkan bahan dan
teteskan tes kit pada bahan. Jika terjadi perubahan warna maka bahan mengandung
formalin.
·
Uji Boraks
Hancurkan bahan,
tambahkan 1mL H2SO4 95-97% (perubahan warna merah pekat).
Kemudian tambahkan 2 mL metanol dan bakar. Jika api berwarna hijau maka bahan
mengandung boraks.
2.
Pewarna (Uji Kromatografi
dengan spot)
Larutkan bahan dan teteskan larutan pada kertas kromatogarfi
yang telah diberi garis. Jika bahan memakai pewarna makanan maka tetesan
tersebut akan bergerak membentuk spot dan warna cenderung hilang. Namun, jika
tidak maka spot tidak bergerak.
3.
Pemanis buatan : -
4.
Sakarin siklamat :
-
j.
Cemaran logam : -
k.
Cemaran arsen : -
l.
Cemaran mikroba
1.
Angka lempeng total
: Total Plate Count
2.
E coli : Total
Plate Count
3.
Kapang :Total Plate
Count
Langkah kerja Total
Plate Count :
-
Membuat media NA
(Natrium Agar)
-
Mensterilisasi
semua alat yang telah dibungkus kertas koran, media dan aquadest dalam toples
pada autoclave selama 15 menit pada suhu 121 oC
-
Mendinginkan alat
dan bahan yang telah disterilisasi
-
Melakukan
pengeceran, sampel dimasukan ke dalam toples yang berisi 225 ml aquadest yang
telah steril (10-2) dilakukan secara aseptis, mengocok 25 kali
-
Melakukan
pengenceran berikutnya yaitu memipet 1 ml dari toples (10-2)
dimasukan ke tabung reaksi pengenceran 10-3, memvortex tabung lalu
memipet 1 ml dimasukan ke tabung pengenceran 10-4 dan 1 ml lagidi masukan
ke cawan petri dilakukan secra aseptis
-
Melakukan
pengenceran berikutnya hingga pengenceran 10-5
-
Cawan petri yang
telah terisi digoyang-goyangkan
-
Menuangkan media ke
masing-masing cawan, membalikan posisi cawan
-
Memasukan cawan
petri ke dalam incubator dengan posisi terbalik pada suhu 35±1˚C selama 24-48
jam
-
Mencatat
pertumbuhan koloni pada masing-masing cawan yang mengandung 25-250 koloni dan
melihat bentuknya dengan mikroskop
6.
Penjelasan hasil
pengujian
Hasil uji untuk roti sesuai dengan syarat mutu yang
ditentukan. Roti yang diproduksi dengan syarat mutu menurut SNI layak dan aman
untuk dikonsumsi demi menjaga kesehatan manusia.
7.
Proses pengolahan
sesuai dengan hasil pengujian
Produk diolah dengan menerapkan prinsip sanitasi dan higiene
serta memerhatikan penggunaan bahan dan teknik pembuatan yang menghasilkan
kualitas roti baik dari segi organoleptik. Selain itu, dalam pembuatan roti
sangat diperhatikan hal-hal yang menyimpang yang berakibat pada mutu roti dari
segi apapun.
B.
Standar Pengawasan Mutu Proses dan Produk
1.
Diagram alir proses
pembuatan roti
2.
Pendeskripsian diagram
alir
1)
Penyiapan Bahan
Menyiapkan semua
bahan-bahan yang akan digunakan dalam proses pembuatan roti, baik bahan baku
maupun bahan penunjang.
2)
Penimbangan
Semua bahan
ditimbang sesuai dengan formula atau resep. Penimbangan bahan harus di lakukan
dengan benar agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan bahan.
3)
Pencampuran atau
Pengadukan
Pencampuran yaitu
mencampur semua bahan kedalam mixer. Langkah pertama yaitu memasukkan semua
bahan kering kecuali garam, diaduk dengan kecepatan rendah lalu air dimasukkan
sedikit demi sedikit setiap penambahan bahan. Setelah tercampur rata kemudian
masukkan telur. Setelah itu tambahkan garam, kecepatan pengadukkan dapat
ditambah. Terakhir tambahkan mentega, adonan dapat diaduk dengan kecepatan
tinggi dan tunggu hingga kalis.
Pencampuran
bertujuan untuk pembentukan adonan atau development yang ditandai terbentuknya
adonan yang lembut, elastis, ekstensibel dan nampak kering serta tidak lengket.
Pencampuran dianggap selesai bila adonan sudah menjadi kalis yaitu lembut,
elastis, kering, serta resisten terhadap peregangan (tidak mudah sobek). Kalis
adalah pencapaian pengadukan maksimum sehingga terbentuk permukaan film pada
adonan. Tanda-tanda adonan roti telah kalis adalah jika adonan tidak lagi
menempel di wadah atau di tangan atau saat adonan dilebarkan, akan terbentuk
lapisan tipis yang elastis. Cara pengujian kecukupan pengadukan yang umum
dilakukan adalah dengan meregang – regang segumpal adonan membentuk lembaran
tipis. Untuk memperoleh efek tersebut, pengaduk harus menekan, meregang dan
melipat adonan.
4)
Fermentasi awal
Setelah adonan roti
kalis dilanjutkan dengan proses fermentasi, yaitu adonan dibiarkan beberapa
saat. Waktu fermentasi roti sekitar 20-25 menit. Lama dan sebentar fermentasi
awal sangat tergantung dari jumlah adonan dan jumlah tenaga kerja yang
mengerjakan. Selama pengistirahatan berlangsung diharuskan ditutup dengan
plastik agar adonan tidak kering.
5)
Pemotongan dan
pembulatan
Agar setiap
potongan adonan homogen lebih baik menggunakan alat pemotong adonan. Kemudian
adonan dibulatkan dan disusun rapi.
6)
Fermentasi kedua
Waktu fermentasi
pada tahap ini untuk roti 10-15 menit. Selama proses ini, harus ditutup dengan
plastik agar tidak kering.
7)
Pengisian dan
pembentukan adonan
Pada tahap ini
adonan yang telah homogen dibentuk lembaran-lembaran mengunakan roll pin press
sampai mencapai lembaran adonan. Proses produksi dalam fase ini adalah tebal
tipisnya lembaran adonan antara adonan yang satu dengan adonan yang lain
diusahakan sama, agar supaya tingkat kematangan dan ukuran rotinya sama serta
isi tidak keluar atau kelihatan. Pengisian roti diusahakan sama dan saat melipat
lembaran dicapit agar saat proses fermentasi tidak terbuka.
8)
Fermentasi akhir
Perlunya
pengembangan adonan agar mencapai hasil yang maksimal. Fermentasi roti cukup pada
wadah yang ditutup selama 30-45 menit
9)
Pemanggangan
Pemanggangan
dilakukan hingga roti matang dan kulit berwarna kulit kecoklatan. Panaskan oven
5-10 menit sebelum pemakaian. Suhu oven sekitar 180-220oC.
10)
Pengemasan
Produk yang siap
dipasarkan dikemas dalam keadaan tidak panas (suam-suam kuku). Hal tersebut
dikarenakan untuk mencegah terjadinya perpindahan molekul kimia dari bahan
kemasan ke dalam produk karena suhu yang terlalu tinggi.
3.
Pengawasan mutu
–
Peralatan yang
digunakan harus bersih.
–
Memilih dan
mengontrol bahan;
·
Tepung terigu
dengan kualitas baik dan tidak kadaluarsa serta kemasan atau saknya tidak
rusak, sehingga bebas dari serangga.
·
Telur yang dipilih
yaitu telur yang tidak pecah, bentuknya proporsional, warna seragam dan tidak
berbau.
·
Gula yang digunakan
gula yang berbebtuk kristal yang ukuranya seragam, warna putih bersih, bebas
dari kotoran dan tidak ada semut.
·
Air yang tidak
berbau, tidak berwarna, tidak berasa, bebas kotoran.
·
Mentega, ragi, dan
bahan lainnya dipilih yang berkualitas baik dan tidak kadaluarsa. Sedangkan
untuk mentega yang digunakan yaitu yang warnanya jernih, bersih dari cemaran
dan tidak berbau tengik.
–
Penimbangan bahan
harus akurat.
–
Memperhatikan lama
pengadukan hingga adonan kalis. Jika adonan terlalu lama diaduk maka adonan
akan over mix pada mixer, yaitu adonan lengket dan berair akibat terkena panas
dari mixer. Namun, jika pengadukan singkat maka adonan mungkin kurang elastis
sehingga roti akan pecah ketika
mengembang.
–
Memonitoring adonan
ketika melakukan proses pengadukan agar adonan tetap terjaga kebersihannya.
–
Tahap pengadukan
menggunakan mixer harus diperhatikan kecepatan pengadukan dari spiralnya karena
akan berpengaruh terhadap waktu kalis adonan. Pencampuran awal (bahan kering
kecuali garam) dengan kecepatan 1, untuk pengadukan selanjutnya dengan
kecepatan 2 dan 3 secara berturut.
Hal-hal yang harus
diperhatikan saat pengadukan (pencampuran);
·
Lemak / margarin
harus dicampur belakangan. Sebab jika dicampur bersamaan dengan bahan lain
seperti baking powder, ragi, gula dan lain-lain, margarin akan bercampur
sempurna dan menutupi seluruh bagian ragi. Hal ini akan menyebabkan ragi
menjadi sulit beraktifitas sehingga proses pengembangan roti selama proses
fermentasi memakan waktu lebih lama. Selain itu, hindari pencampuran garam dan
ragi secara langsung karena konsentrasi garam yang tinggi menyebabkan ragi akan
mati bila terkena langsung.
·
Jumlah air yang
ditambahkan pada umumnya sekitar 26-38% dari campuran bahan yang akan
digunakan, jika lebih dari 38% adonan akan menjadi sangat lengket dan jika
kurang dari 28% adonan akan menjadi rapuh sehingga sulit dibentuk. Selain itu,
penambahan air saat pengadukan dilakukan secara bertahap.
·
Telur yang akan
diaduk sebaiknya dipecahkan dulu dalam wadah karena dikhawatirkan telur dalam
kondisi tidak baik sehingga akan mempengaruhi kualitas roti.
·
Hindari terjadinya
kontak antara garam dengan ragi secara langsung. Hal tersebut dikarenakan
konsentrasi garam yang tinggi menyebabkan ragi akan mati bila kontak langsung.
Untuk menghindari kontak tersebut maka, maka ragi dicampur lebih dahulu dengan
tepung terigu, kemudian dimasukkan bahan kering lain selain garam.
·
Lama pengadukan
harus disesuaikan dengan kemampuan tepung terigunya (jumlah protein), karena
semakin tinggi proteinnya semakin lama pengadukannya, demikian pula sebaliknya.
–
Mengontrol waktu
fermentasi hingga volume dua kali lebih besar dari volume adonan semula. Adonan
ditutup dengan plastik agar kebersihannya terjaga.
–
Mengusahakan
pembagian adonan setara setiap potongnya.
–
Jarak penataan roti
yang telah dibentuk diatur sedemikian rupa jangan terlalu dekat dan efisiensi tempat
agar adonan tidak lengket satu sama lain dan bentuknya bagus saat mengembang.
4.
Standar mutu produk
No.
|
Kriteria
|
Persyaratan
|
1.
|
Kenampakan
|
Pori – pori renggang, warna permukaan roti merata,
kenampakan mulus, bentuk seragam, rapi dan menarik.
|
2.
|
Aroma
|
Khas
|
3.
|
Rasa
|
Khas, Tidak asam, dan tidak pahit
|
4.
|
Tekstur
|
Lembut, elastis, empuk
|
5.
|
Warna
|
Kulit roti kuning keemasan, crumb putih
|
5.
Prosedur pengujian
Pengujian dilakukan berdasarkan organoleptik yaitu dengan
indera manusia seperti perasa, peraba, penciuman, maupun penglihatan.
DAFTAR PUSTAKA
·
SNI 01-3840-1995
·
SNI 01-2891-1995
·